Kamis, 28 April 2011

Kiat Mengatasi *Kenakalan Anak*

Kedudukan dan fungsi suatu keluarga dalam kehidupan manusia bersifat primer dan fundamental. Keluarga pada hakekatnya merupakan wadah pembentukan masing-masing anggotanya, terutama anak-anak yang masih berada dalam bimbingan tanggung jawab orangtuanya. Perkembangan anak pada umumnya meliputi keadaan fisik, emosional sosial dan intelektual. Bila kesemuanya berjalan secara harmonis maka dapat dikatakan bahwa anak tersebut dalam keadaan sehat jiwanya. Dalam perkembangan jiwa terdapat periode-periode kritik yang berarti bahwa bila periode-periode ini tidak dapat dilalui dengan harmonis maka akan timbul gejala-gejala yang menunjukkan misalnya keterlambatan, ketegangan, kesulitan penyesuaian diri kepribadian yang terganggu bahkan menjadi gagal sama sekali dalam tugas sebagai makhluk sosial untuk mengadakan hubungan antar manusia yang memuaskan baik untuk diri sendiri maupun untuk orang di lingkungannya. Keluarga merupakan kesatuan yang terkecil di dalam masyarakat tetapi menepati kedudukan yang primer dan fundamental, oleh sebab itu keluarga mempunyai peranan yang besar dan vital dalam mempengaruhi kehidupan seorang anak, terutama pada tahap awal maupun tahap-tahap kritisnya. Keluarga yang gagal memberi cinta kasih dan perhatian akan memupuk kebencian, rasa tidak aman dan tindak kekerasan kepada anak-anaknya. Demikian pula jika keluarga tidak dapat menciptakan suasana pendidikan, maka hal ini akan menyebabkan anak-anak terperosok atau tersesat jalannya.
Keluarga mempunyai peranan di dalam pertumbuhan dan perkembangan pribadi seorang anak. Sebab keluarga merupakan lingkungan pertama dari tempat kehadirannya dan mempunyai fungsi untuk menerima, merawat dan mendidik seorang anak. Jelaslah keluarga menjadi tempat pendidikan pertama yang dibutuhkan seorang anak. Dan cara bagaimana pendidikan itu diberikan akan menentukan. Sebab pendidikan itu pula pada prinsipnya adalah untuk meletakkan dasar dan arah bagi seorang anak. Pendidikan yang baik akan mengembangkan kedewasaan pribadi anak tersebut. Anak itu menjadi seorang yang mandiri, penuh tangung jawab terhadap tugas dan kewajibannya, menghormati sesama manusia dan hidup sesuai martabat dan citranya. Sebaliknya pendidikan yang salah dapat membawa akibat yang tidak baik bagi perkembangan pribadi anak. Salah satu pendidikan yang salah adalah memanjakan anak.
Beberapa faktor yang menyebabkan orang tua memanjakan anaknya yaitu :
a.   Orang tua anak tersebut dimanjakan oleh orang tuanya pula sehingga pengalaman itu diwariskan kepada anaknya.
b.   Orang tua mempunyai konsep kebahagiaan yang kurang tepat. Misalnya kebahagiaan diidentik dengan menyenangkan hati anak-anaknya dengan menuruti semua permintaan mereka dengan memberi barang-barang lux, uang.
c.   Sikap memanjakan dapat disebabkan juga karena orang tua dahulu mempunyai pengalaman hidup yang pahit dan miskin sehingga mereka ingin menghindari anak-anak mereka dari situasi yang serba sulit.
d.   Orang tua yang banyak kegiatan dan bisnis sehingga tidak mempunyai waktu senggang yang cukup bagi anak-anaknya. Kegiatan overaktif ini dapat menimbulkan rasa bersalah bagi orang tua tersebut sehingga mereka menuruti semua permintaan atau memberikan barang-barang berharga sebagai substitusi kasih sayang mereka.
e.   Kecendrungan orang tua yang kadang-kadang membedakan anak-anak mereka. Sikap membedakan biasanya dilatarbelakangi oleh faktor pandangan/kebudayaan tertentu misalnya rasa bangga terhadap anak laki-laki. Keadilan orang tua yang tidak merata terhadap anak dapat berupa perbedaan dalam pemberian fasilitas terhadap anak maupun perbedaan kasih sayang. Bagi anak yang merasa diperlakukan tidak adil dapat menyebabkan kekecewaan anak pada orang taunya dan akan merasa iri hati dengan saudara kandungnya. Dalam hubungan ini biasanya anak melakukan protes terhadap orang tuanya yang diwujudkan dalam berbagai bentuk kenakalan.
Jelaslah bahwa kenakalan Anak sangat dipengaruhi oleh peranan keluarga walaupun faktor lingkungan juga sangat berpengaruh. Faktor keluarga sangatlah penting karena merupakan lingkungan pertama, lingkungan primer. Apabila lingkungan keluarga tidak harmonis yaitu menglami hal-hal yang telah disebutkan diatas seperti keluarga broken home yang disebabkan perceraian, kebudayaan bisu, dan perang dingin serta kesalahan pendidikan akan berpengaruh kepada anak yang dapat menimbulkan kenakalan Anak. Bagaimanapun kenakalan Anak harus dilakukan pengendalian karena apabila berkelanjutan akan menyebabkan kerusakan pada kehidupannya pada masa yang akan datang. Selain dari pihak keluarga pengendalian kenakalan Anak juga harus dilakukan dari lingkungan Anak tersebut. 

Guru dan Psikologi Penangkal Kenakalan Anak
Peran seorang Guru dalam membentuk kepribadian dan kreatifitas Anak sangat berkaitan erat, setidaknya dalam hidupnya sejak dari taman kanak-kanak hingga kuliah di Perguruan Tinggi, seorang anak akan berhubungan langsung dengan para guru selama belasan bahkan puluhan tahun lamanya. Jadi bagaimana mungkin peran seorang guru tidak menjadi sesuatu hal yang mendapatkan prioritas lebih dari masyarakat untuk dapat menangkal kenakalan Anak yang semakin hari semakin meresahkan kita. Untuk menahan lajunya angka kasus-kasus kenakalan Anak maka peran aktif para guru harus dioptimalkan. setidaknya dalam kehidupannya setiap hari, seperempat atau setengahnya (5 - 8 jam) waktu seorang Anak akan dihabiskannya bersama dengan para gurunya di sekolah, bahkan ada dan bahkan banyak keakraban antara Anak dan gurunya berlanjut positif sampai ke luar lingkungan sekolah. Seperti terjadi dalam tetralogi laskar pelangi, bagaimana perjuangan seorang guru, hubungan sosialnya dengan para muridnya telah membentuk para murid menjadi para anak tangguh, berbudi, dan memiliki cita-cita tinggi, yang bahkan "kenakalan anak" adalah sesuatu hal yang bahkan tidak pernah terlintas dalam benak mereka, "kenakalan anak" yang indah, "kenakalan anak" karena layaknya mobilitas seorang anak, "Kenakalan anak" karena tingginya kreativitas seorang anak, "kenakalan anak" yang berdiri di atas jembatan yang benar dan lurus, "kenakalan anak" yang terarah, "kenakalan anak" yang tidak melampaui batas, "kenakalan anak" yang bahkan telah menjadi inspirasi bagi ratusan juta anak lainnya, "kenakalan anak" yang bukan "kenakalan anak".
Kenakalan Anak merupakan perbuatan pelanggaran norma-norma baik seperti norma hukum maupun norma sosial. Menurut Paul Moedikdo, SH kenakalan Anak adalah :
1.   Semua perbuatan yang dari orang dewasa merupakan suatu kejahatan bagi anak-anak merupakan kenakalan jadi semua yang dilarang oleh hukum pidana, seperti mencuri, menganiaya dan sebagainya.
2.   Semua perbuatan penyelewengan dari norma kelompok tertentu untuk menimbulkan keonaran dalam masyarakat.
3.   Semua perbuatan yang menunjukkan kebutuhan perlindungan bagi sosial.
Adapun gejala-gejala yang dapat memperlihatkan hal-hal yang mengarah kepada kenakalan Anak :
1.   Anak-anak yang tidak disukai oleh teman-temannya sehingga anak tersebut menyendiri. Anak yang demikian akan dapat menyebabkan kegoncangan emosi.
2.   Anak-anak yang sering menghindarkan diri dari tanggung jawab di rumah atau di sekolah. Menghindarkan diri dari tanggung jawab biasanya karena anak tidak menyukai pekerjaan yang ditugaskan pada mereka sehingga mereka menjauhkan diri dari padanya dan mencari kesibukan-kesibukan lain yang tidak terbimbing.
3.   Anak-anak yang sering mengeluh dalam arti bahwa mereka mengalami masalah yang oleh dia sendiri tidak sanggup mencari permasalahannya. Anak seperti ini sering terbawa kepada kegoncangan emosi.
4.   Anak-anak yang mengalami phobia dan gelisah dalam melewati batas yang berbeda dengan ketakutan anal-anak normal.
5.   Anak-anak yang suka berbohong.
6.   Anak-anak yang suka menyakiti atau mengganggu teman-temannya di sekolah atau di rumah.
7.   Anak-anak yang menyangka bahwa semua guru mereka bersikap tidak baik terhadap mereka dan sengaja menghambat mereka.
8.   Anak-anak yang tidak sanggup memusatkan perhatian.
Kenakalan Anak dapat berakar pada kurangnya dialog dalam masa kanak-kanak dan masa berikutnya, karena orangtua terlalu menyibukkan diri sedangkan kebutuhan yang lebih mendasar yaitu cinta kasih diabaikan. Akibatnya anak menjadi terlantar dalam kesendirian dan kebisuannya. Ternyata perhatian orangtua dengan memberikan kesenangan materiil belum mampu menyentuh kemanusiaan anak. Dialog tidak dapat digantikan kedudukannya dengan benda mahal dan bagus. Menggantikannya berarti melemparkan anak ke dalam sekumpulan benda mati.

PENGENDALIAN TERHADAP KENAKALAN ANAK
Dalam mengatasi kenakalan Anak yang paling dominan mengendalikan adalah dari keluarga, karena merupakan lingkungan yang paling pertama ditemui seorang anak. Di dalam menghadapi kenakalan anak pihak orang tua kehendaknya dapat mengambil dua sikap bicara yaitu : 

1. Sikap/cara yang bersifat preventif
Yaitu perbuatan/tindakan orang tua terhadap anak yang bertujuan untuk menjauhkan si anak daripada perbuatan buruk atau dari lingkungan pergaulan yang buruk. Dalam hat sikap yang bersifat preventif, pihak orang tua dapat memberikan/mengadakan tindakan sebagai berikut :
a.   menanamkan rasa disiplin dari ayah terhadap anak.
b.   memberikan pengawasan dan perlindungan terhadap anak oleh ibu.
c.   pencurahan kasih sayang dari kedua orang tua terhadap anak.
d.   menjaga agar tetap terdapat suatu hubungan yang bersifat intim dalam satu ikatan keluarga.
Disamping keempat hal yang diatas maka hendaknya diadakan pula :
a.   Pendidikan agama untuk meletakkan dasar moral yang baik dan berguna.
b.   Penyaluran bakat si anak ke arab pekerjaan yang berguna dan produktif, supaya kepribadian dan kreatifitas anak terasah.
c.   Rekreasi yang sehat sesuai dengan kebutuhan jiwa anak.
d.   Pengawasan atas lingkungan pergaulan anak sebaik-baiknya. 

2.  Sikap/cara yang bersifat represif
Yaitu pihak orang tua hendaknya ikut serta secara aktif dalam kegiatan sosial yang bertujuan untuk menanggulangi masalah kenakalan anak seperti menjadi anggota badan kesejahteraan keluarga dan anak, ikut serta dalam diskusi yang khusus mengenai masalah perlindungan anak-anak. Selain itu pihak orang tua terhadap anak yang bersangkutan dalam perkara kenakalan hendaknya mengambil sikap sebagai berikut :
a.   Mengadakan introspeksi sepenuhnya akan kealpaan yang telah diperbuatnya sehingga menyebabkan anak terjerumus dalam kenakalan.
b.   Memahami sepenuhnya akan latar belakang daripada masalah kenakalan yang menimpa anaknya.
c.   Meminta bantuan para ahli (psikolog atau petugas sosial) di dalam mengawasi perkembangan kehidupan anak, apabila dipandang perlu.
d.   Membuat catatan perkembangan pribadi anak sehari-hari.
Adapun berikut ini kiat-kiat yang dapat dilakukan oleh orang tua atau pendidik untuk mengembangkan kepribadian dan kretivitas anak dalam mengendalikan kenakalan anak, yaitu :
1.   Bentuklah pengalaman belajar sesuai rasa ingin tahu alamiah anak, dengan menghadapkan masalah-masalah yang relevan dengan kebutuhan, tujuan dan minat anak.
2.   Perkenenkanlah anak untuk ikut serta dalam menyusun dan merencanakan kegiatan belajar.
3.   Berikanlah pengalaman dari kehidupan nyata yang menuntut peran serta secara aktif pada anak dan kembangkanlah kemampuan yang perlu untuk itu.
4.   Usahakan agar program belajar cukup luwes untuk mendorong siswa atau anak didik melakukan penyelidikan, percobaan (eksperimental) dan penemuan sendiri.
5.   Bertindaklah lebih sebagai sumber belajar dari pada sebagai penyampai informasi, serta jangan paksakan pengetahuan yang belum siap diterima anak.
6.   Dorong dan hargailah inisiatif dan rasa ingin tahu anak terhadap sesuatu.
7.   Biarkan anak belajar dari kesalahannya dan menerima akibatnya. Tentu saja selama tidak berbahaya dan membahayakan.
8.   Hendaklah tidak lupa menghargai dan memuji usaha-usaha baik dari anak.
Penerapan kiat-kiat tersebut tentu saja akan dirasakan sangat penting, apabila kita dapat memahami dunia anak yang diwujudkan oleh anak melalui kenakalan anak pada dasarnya hanya untuk menunjukkan kepribadian dan pengembangan kreativitas anak sebagai bentuk perhatrian dan imajinasinya. 




*sumber : http://www.kpai.go.id

Selasa, 26 April 2011

Karakteristik Anak Usia Dini

Pentingnya Memahami Anak Usia Dini
Anak usia dini memiliki karakteristik yang khas, baik secara fisik, psikis, sosial, moral dan sebagainya.Masa kanak-kanak juga masa yang paling penting untuk sepanjang usia hidupnya. Sebab masa kanak-kanak adalah masa pembentukan fondasi dan dasar kepribadian yang menentukan pengalaman anak selanjutnya.

Pengalaman yang dialami anak usia dini akan  dipengaruhi kuat terhadap kehidupan selanjutnya. Pengalaman tersebut anakn bertahan lama, bahkan tidak dapat terhapuskan. Kalaupun bisa, hanya tertutupi. Beberapa hal menjadi alasan pentingnya memahami karakteristik anak usia dini. Sebagian dari alasan tersebut dapat diuraikan sebagaimana berikut ;
1.) Usia dini merupakan usia yang paling penting dalam tahap perkembangan manusia, sebab usia tersebut merupakan periode diletakkan dasar struktur kepribadian yang dibangun untuk sepanjang hidupnya.

2.) Pengalaman awal sangat penting, sebab dasar awal cenderung bertahan dan akan mempengaruhi sikap dan perilaku anak sepanjang hidupnya, disamping itu dasar awal sangat akan cepat berkembang menjadi kebiasaan. Oleh karena itu perlu pemberian pengalaman awal yang positif.

3.) Prkembangan fisik dan mental mengalami kecepatan yang luar biasa, dibandingsesudahnya, oleh karena itu perlu stimulasi fisik dan mental.

Karakteristik Perkembangan Anak Usia Dini
Anak usia dini (0-8) tahun adalah individu yang mengalami prose pertumbuhan dan perkembangan yang sanagt pesat. Bahkan dikatakan sebagai lompatan perkembangan. Karena itulah maka usia dini dikatakan sebagai golden age (usia emas) yaitu usia yang sangat berharga dibanding usia-usia selanjutnya. Usia tersebut merupakan fase kehidupan yang unik, secara lebih rinci akan diuraikan karakteristik anak usia dini sebagai berikut.
  • Usia 0-1 tahun
Beberapa karakteristik anak usia bayi, yaitu :
a) Mempelajari keterampilan motorik mulai dari berguling, merangkak, duduk, berdiri & berjalan.
b) Mempelajari keterampulan menggunakan panca indra, seperti melihat atau mengamati, meraba, mendengar, mencium, dan mengecap dengan memasukkan setiap benda kemulut.
c) Mempelajari komunikasi sosial.

  • Usia 2-3 tahun
Beberapa karakteristik khusus yang dilalu anak usia 2-3 tahun, antara lain :
a) Anak sangat aktif mengeksplorasi benda-benda yang ada disekitarnya
b) Anak mulai mengembangkan kemampuan berbahasa
c) Anak mulai belajar mengembangkan emosi

  • Usia 4-6 tahun
Anak usia 4-6 tahun memiliki karakteristik antara lain :
a) Berkaitan dengan perkembangan fisik, anak sangat aktif melakukan berbagai kegiatan
b) Perkembangan bahasa juga semakin baik
c) Perkembangan kognitif (daya fikir) sangat pesat, di tunjukkan dengan rasa ingin tahu anak yang luar biasa terhadap lingkungan sekitar
d) Bentuk permainan anak masih bersifat individu, bukan permainan sosial

  • Usia 7-8 tahun
Karakteristik perkembangan anak usia 7-8 tahun antara lain :
a) Perkembangan kognitif anak masih berada pada masa yang cepat
b) Perkembangan Sosial, anak mulai ingin melepaskan diri dari otoritas orang tuannya
c) Anak mulai menyukai permainan sosial
d) Perkembangan emosi

Kondisi Yang Mempengaruhi Anak Usia Dini
Banyak hal yang dapat mempengaruhi kondisi anak usia dini, secara garis besar dapat dokelompokkan menjadi dua, yaitu :
1.) Faktor bawaan
Adalah faktor yang diturunkan dari kedua orang tuanya, baik yang bersifat fisik maupun psikis.
2.) Faktor lingkungan
Adalah faktor yang berasal dari luar faktor bawaan, meliputi seluruh lingkungan yang dilalui oleh anak.



*sumber : www.docstoc.com

Perkembangan Anak Usia Dini

Perkembangan anak merupakan segala perubahan yang terjadi pada anak, yaitu pada usia :
  • Infancy toddlerhood (usia 0-3 thn)
  • Early Childhood (usia 3-6 th)
  • Middle childhood (usia 6-11 th)

Perubahan yang terjadi pada diri anak tersebut meliputi perubahan pada aspek berikut :
  • fisik (motorik)
  • emosi
  • kognitif
  • psikososila

Aspek-aspek perkembangan anak
1. Perkembangan Fisik (Motorik)
merupakan proses tumbuh kembang kemampuan gerak seorang anak. Setiap gerakan yang dilakukan anak merupakan hasil pola interaksi yang komplek dari berbagai bagian dan sistem dalam tubuh yang di kontrol oleh otak.

Perkembangan fisik (motorik) meliputi perkembangan motorik kasar dan motorik halus.
  • Perkembangan motorik kasar
kemampuan anak untuk duduk, berlari, dan melompat termasuk contoh perkembangan motorik kasar. Otot-otot besar dan sebagian atau seluruh anggota tubuh di gunakan oleh anak untuk melakukan gerak tubuh.
Perkembangan motorik kasar dipengaruhi oleh proses kematangan anak. Karena proses kematangan setiap anak berbeda, maka laju perkembangan seorang anak bisa saja berbeda dengan anak yang lain.

  • Perkembangan Motorik Halus
Adapun perkembangan motorik halus merupakan perkembangan gerakan anak yang menggunakan otot-otot kecil atau sebagian anggota tubuh tertentu.
Perkembangan pada aspek ini di pengaruhi oleh kesempatan anak untuk belajar dan berlatih. Kemampuan menulis, menggunting, dan menyusun balok termasuk contoh gerakan motorik halus.

2. Perkembangan Emosi
Perkembangan pada aspek ini meliputi kemampuan anak untuk mencintai, merasa nyaman, berani, gembira, takut, dan marah, serta bentuk-bentuk emosi lainnya. Pada aspek ini anak sangat dipengaruhi oleh interaksi dengan orang tua dan orang-orang di sekitarnya.
Emosi yang berkembang akan sesuai dengan impuls emosi yang diterimanya. Misalnya, jika anak mendapatkan curahan kasih sayang, mereka akan belajar untuk menyayangi.

3. Perkembangan Kognitif
Pada aspek ini, perkembangan anak nampak pada kemampuannya dalam menerima, mengolah, dan memahami informasi-informasi yang sampai kepadanya. Kemampuan kognitif berkaitan dengan perkembangan berbahasa (bahasa lisan maupun isyarat), memahami kata, dan berbicara.

4. Perkembangan Psikososial
Aspek ini berkaitan dengan kemampuan anak untuk berinteraksi dengan lingkungannya. Misalnya, kemampuan anak untuk menyapa dan bermain bersama teman-teman sebayanya.

Dengan mengetahui asapek-aspek perkembangan anak, orang tua dan pendidik bisa merancang dan memberikan rangsangan serta latihan agar keempat aspek tersebut berkembang secara seimbang.
Rangsangan atau latihan tidak bisa terfokus hanya pada satu atau sebagian aspek. Tentunya rangsangan dan latihan tersebut diberikan dengan tetap memperhatikan kesiapan anak, bukan dengan paksaan.


*sumber : www.anneahira.com/kesehatan-anak/index.htm

Untuk Ibu


Ibu Segalanya Bagi ku.... Miss u Ibu