Selasa, 17 Mei 2011

DENGARLAH AKU, AKU BAYIMU !!!!!!!!!!

Kisah yg Patut untuk di Renungkan


Lihat jutaan pasangan yang lama tidak dikaruniakan keturunan sangat merindukan buah hati hadir disisi mereka, disisi lain justru mereka yang oleh Tuhan dikaruniakan keturunan tega mematikan dan membunuh darah dagingnya sendiri. Semoga kita terhindar dari kekejian ini.
Wahai para ibu coba kau renungkan suara merdu nan polos dari dalam perutmu, mereka bersuara menyampaikan pesan ini untukmu, dengarkanlah ungkapan buah hatimu ini, darah dagingmu ini bunda tersayang, senandung mereka disuarakan waktu ke waktu,mari bunda kita renungkan.
di bulan pertama
Wahai Bunda, Aku memang hanya 3/4 inci saja panjangnya,tp aku sdh punya seluruh organ tubuh.
Aku suka suaramu.
Setiap kali aku mendengarnya,aku pasti menggerakkan tangan dan kakiku.
Suara detak jantungmu adalah lagu kesukaanku.


di bulan kedua
Duhai Ibuku tersayang, Hari ini aku belajar mengisap jariku, bila kamu bisa melihatku, Ibu pasti tau kalau aku adalah bayimu.
Aku memang blm cukup besar utk hidup diluar. Betapa nyaman dan hangat didalam sini, ibu.

di bulan ketiga
Tahukah bunda tentang nanda, aku anak laki2. Aku harap ibu bahagia karenanya.Aku selalu berharap ibu selalu bahagia.
Karena bila kamu sedih, akupun ikut sedih, dan akupun ikut menangis walaupun ibu tdk bisa mendengarnya.


di bulan keempat
Bundaku tersayang, rambutku mulai tumbuh, memang masih pendek dan halus tp akan tumbuh banyak sekali.
Aku telah berlatih lama sekali, sehingga aku bisa menengok, melipat dan meregangkan kaki dan tangan2ku. Aku menjadi ahli dalam hal2 itu.


di bulan kelima
Bundaku tercinta,kamu pergi ke dokter hari ini.
Tp ma, dia bohong kepadamu.Dia bilang kalau aku tidak ada.
TAPI AKU ADA!!!!!
MA.. DENGARLAH AKU, AKU BAYIMU!!
Mommy, apa itu ABORSI???


di bulan keenam
Aku bisa mendengar dokter itu lagi.
Aku tidak suka dia.Dia sangat tidak berperasaan.
Sesuatu datang mengancam rumahku.
Dokter2 itu bilang itu jarum.
Mommy apa itu??? TOLONG, AKU TERBAKAR!!
TOLONG HENTIKAN DIA!!
AKU TIDAK BiSA MELAWANNYA!!
MOMMY!! TOLOOOOONG!!!!!


di bulan ketujuh
Wahai bunda terkasih, aku baik2 saja.
Aku sudah bersama TUHAN, DIA MEMEGANG TANGANKU.
Dan dia telah memberitahuku apa itu aborsi..
Mengapa kamu tidak menginginkanku, Mommy?????
Tahukah kau Ibundaku apa yang terjadi


Satu jantung LAGI yg berhenti berdetak
Dua mata yg tidak dapat lagi melihat dunia
Dua tangan lagi yg TIDAK AKAN pernah memegang
Dua kaki LAGI yg tidak akan pernah bisa berlari dan berjalan
Satu mulut LAGI yg tidak akan pernah bisa berbicara
Pikirkanlah sebelum kau bertindak
dari anandamu yang mengasihimu

MOTORIK KASAR & HALUS

 Sumber : Berbagai Sumber

Setiap anak dilahirkan dengan 10 Milyar neuron (sel saraf di otaknya). Tiga tahun pertama merupakan periode dimana milyaran sel glial terus bertambah untuk memupuk neuron. Sel-sel saraf ini membentuk ribuan sambungan antarneuron yang disebut denrite yang mirip sarang laba-laba, dan axon yang berbentuk memanjang.
Pada usia 6-7 tahun, otak anak besarnya dua pertiga otak orang dewasa, tapi memiliki 5-7 kali lebih banyak sambungan antarneuron daripada otak anak usia 18 bulan atau orang dewasa. Otak mereka memang punya kemampuan besar untuk menyusun ribuan sambungan antarneuron. Namun, kemampuan itu berhenti pada umur 10-11 tahun jika tidak dikembangkan atau digunakan. Saat itu enzim tertentu dilepaskan dalam otak dan melarutkan semua jalur atau “urat” syaraf (pathways) yang tidak termielinasi dengan baik (mielinasi adalah proses pembungkusan jalur syaraf dengan myelin yang berujud protein-lemak).
Perkembangan otak anak yang sedang tumbuh melalui tiga tahapan, yaitu :
1. otak primitif (action brain)
2. otak limbik (feeling brain)
3. otak pikir (thought brain)
Meski saling berkaitan, ketiganya punya fungsi sendiri-sendiri. Otak primitif mengatur fisik kita untuk bertahan hidup, mengelola gerak refleks, mengendalikan gerak motorik, memantau fungsi tubuh, dan memproses informasi yang masuk dari pancaindera.
Saat menghadapi ancaman atau keadaan bahaya, bersama dengan otak limbik, otak primitif menyiapkan reaksi “hadapi atau lari” (fight or flight response) bagi tubuh. Otak limbik memproses emosi seperti rasa suka dan tidak suka, cinta dan benci. Otak ini sebagai penghubung otak pikir dan otak primitif. Otak primitif dapat diperintah mengikuti kehendak otak pikir, di saat lain otak pikir dapat “dikunci” untuk tidak melayani otak limbik dan primitif selama keadaan darurat, yang nyata maupun yang tidak.
Sedangkan otak pikir, yang merupakan bentuk daya pikir tertinggi dan bagian otak yang paling objektif, menerima masukan dari otak primitif dan otak limbik. Namun, ia butuh waktu lebih banyak untuk memproses informasi, termasuk image, dari otak primitif dan otak limbik. Otak pikir juga merupakan tempat bergabungnya pengalaman, ingatan, perasaan, dan kemampuan berpikir untuk melahirkan gagasan dan tindakan.
Mielinasi saraf otak berlangsung secara berurutan, mulai dari otak primitif, otak limbik, dan otak pikir. Jalur syaraf yang makin sering digunakan membuat mielin makin menebal. Makin tebal mielin, makin cepat impuls syaraf atau perjalanan sinyal sepanjang “urat” syaraf. Karena itu, anak yang sedang tumbuh dianjurkan menerima masukan dari lingkungannya sesuai dengan perkembangannya.
Di samping itu, anak juga membutuhkan pengalaman yang merangsang pancaindera. Namun, indera mereka perlu dilindungi dari rangsangan yang berlebihan karena anak-anak itu ibarat spon. “Mereka menyerap apa saja yang dilihat, didengar, dicium, dirasakan, dan disentuh dari lingkungan mereka. Kemampuan otak mereka untuk memilah atau menyaring pengalaman rasa yang tidak menyenangkan dan berbahaya belum berkembang.
Rangsangan dan perkembangan indera itu pada gilirannya akan mengembangkan bagian tertentu dari otak primitif yang disebut reticular activating system (RAS). RAS ini pintu masuk di mana kesan yang ditangkap setiap indera saling berkoordinasi sebelum diteruskan ke otak pikir. RAS merupakan wilayah di otak yang membuat kita mampu memusatkan perhatian. Kurangnya stimulasi, atau sebaliknya stimulasi yang berlebihan, ditambah lagi dengan gerakan motorik kasar dan halus yang tidak berkembang secara baik, bisa menyebabkan rusaknya perhatian terhadap lingkungan.
Sebelum anak berusia empat tahun, otak primitif dan otak limbik sudah 80% termielinasi. Setelah umur 6-7 tahun mielinasi bergeser ke otak pikir. Awalnya dari belahan otak kanan yang antara lain bertugas merespon citra visual.
Ketika menonton TV, belahan otak kanan inilah yang paling dominan kerjanya.Sedangkan ketika membaca, menulis, dan berbicara, belahan otak kiri yang dominan. Tugas utama otak kiri ialah berpikir secara analitis dan menyusun argumen logis langkah demi langkah. Ia menganalisis suara dan makna bahasa (misalnya, kemampuan mencocokkan suara dengan alfabet), juga mengelola keterampilan otot halus.

Dari  sumber yg di baca di simpulkan bahwa perkembangan motorik adalah proses tumbuh kembang kemampuan gerak seorang anak. Pada dasarnya, perkembangan ini berkembang sejalan dengn kematangan saraf dan otot anak. Sehingga, setiap gerakan sesederhana apapun, adalah merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dan system dalam tubuh yang dikontrol oleh otak.
Dan patut diingat, perkembangan setiap anak tidak bisa ama, tergantung proses kematangan masing-masing anak.
Berikut tahapan-tahapan perkembangannya:

Usia 1-2 tahun
Motorik Kasar Motorik Halus
• merangkak
• berdiri dan berjalan beberapa langkah
• berjalan cepat
• cepat-cepat duduk agar tidak jatuh
• merangkak di tangga
• berdiri di kursi tanpa pegangan
• menarik dan mendorong benda-benda berat
• melempar bola
• mengambil benda kecil dengan ibu jari atau telunjuk
• membuka 2-3 halaman buku secara bersamaan
• menyusun menara dari balok
• memindahkan air dari gelas ke gelas lain
• belajar memakai kaus kaki sendiri
• menyalakan TV dan bermain remote
• belajar mengupas pisang

Usia 2-3 tahun
Motorik Kasar Motorik Halus
• melompat-lompat
• berjalan mundur dan jinjit
• menendang bola
• memanjat meja atau tempat tidur
• naik tangga dan lompat di anak tangga terakhir
• berdiri dengan 1 kaki
• mencoret-coret dengan 1 tangan
• menggambar garis tak beraturan
• memegang pensil
• belajar menggunting
• mengancingkan baju
• memakai baju sendiri

Usia 3-4 tahun
Motorik Kasar Motorik Halus
• melompat dengan 1 kaki
• berjalan menyusuri papan
• menangkap bola besar
• mengendarai sepeda
• berdiri dengan 1 kaki
• menggambar manusia
• mencuci tangan sendiri
• membentuk benda dari plastisin
• membuat garis lurus dan lingkaran cukup rapi

Usia 4-5 tahun
Motorik Kasar Motorik Halus
• menuruni tangga dengan cepat
• seimbang saat berjalan mundur
• melompati rintangan
• melempar dan menangkap bola
• melambungkan bola
• menggunting dengan cukup baik
• melipat amplop
• membawa gelas tanpa menumpahkan isinya
• memasukkan benang ke lubang besar

Jumat, 13 Mei 2011

Kasus Pelanggaran Etika Moral di Lingkungan Sekolah.

Pembahasan

Kasus : Siswa SLTP Merokok di Lingkungan Sekolah.

Salah satu kasus pelanggaran etika moral yang sering atau pernah kita temukan di lingkungan sekolah adalah siswa merokok. Ada beberapa hal yang berkaitan dengan hal tersebut, yaitu :
  1. Latar belakang
  2. Pengaruh terhadap lingkungan
  3. Solusi / Penyelesaian
  4. Hasil / Evaluasi

Pembahasan :
1.         Latar Belakang
a)     Rasa Ingin Tahu / Coba-Coba
Salah satu hal yang melatar belakangi mengapa seorang siswa SLTP merokok adalah rasa ingin tahu untuk mencoba. Dalam usia-usia SLTP seorang anak memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Sehingga mereka memiliki fikiran untuk mencoba sesuatu yang belum pernah mereka coba.

b)     Pengaruh Teman / Lingkungan (Salah Pergaulan).
Teman dan lingkungan memiliki pengaruh yang besar dalam tingkah laku seorang anak. Seorang siswa SLTP masuk dalam usia-usia dimana mereka mencari jati diri mereka. Sehingga mereka dapat dengan mudah terpengaruh pada lingkungan jika mereka salah bergaul. Seperi halnya dengan tem,an, ejekan dan olokan dari teman-teman sebayanya (yang telah merokok) dapat mempengaruhi diri mereka sendiri. Apalagi jika ada teman yang mengatakan bahwa seorang laki-laki yang tidak merokok dikatakan tidak keren/maco.
c)     Termotivasi Dari Diri Sendiri untuk Merokok
Ejekan dari teman-temannya dapat berakibat timbulnya rasa termotivasi dalam dirinya untuk mencoba mencicipi bagaimana rasa rokok yang dapat berakibat mereka merokok berulang-ulang.

2.         Pengaruh Terhadap Lingkungan
a)     Terganggunya kesehatan baik untuk diri sendiri & orang lain
Seperti yang telah kita ketahui tentang bahaya rokok bagi kesehatan. Hal ini merupakan salah satu akibat dari seorang siswa yang merokok, yang dapat mengganggu kesehatannya sendiri bahkan orang lain. Karena rokok/asap rokok lebih berbahaya bagi peroko pasif (tidak merokok) dari pada perokok aktif.

b)     Mengganggu Prestasi Belajar
Jika kesehatan seorang siswa tergangu karena rokok, maka akan berpengaruh pada proses belajar mereka. Karena mereka akan selalu berfikir untuk mencari waktu untuk merokok. Sehingga mereka semakin lama akan merasa jenuh di kelas yang akan berdampak mereka membolos pada saat jam pelajaran. Hal ini pun dapat mempengaruhi semangat mereka dalam belajar yang dapat berakibat menurunnya prestasi belajar mereka.

c)     Melanggar Peraturan Sekolah
Dalam hal ini sudah jelas bahwa seorang siswa yang merokok telah melanggar peraturan sekolah yang tidak memperbolehkan siswanya merokok. Namun karena mereka telah terbiasa, maka mereka akan selalu melakukan pelanggaran tersebut.

d)     Mencuri & Berbohong
Seorang siswa yang merokok akan selalu membutuhkan rokok karena mereka sudah merasa kecanduan. Hal ini dapat mengakibatkan pelanggaran moral yang lain yaitu mencuri & berbohong. Mereka akan berfikir untuk mendapatkan uang dengan segala cara untuk membeli rokok bahkan dengan cara mencuri sekalipun, karena orang tua tidak akan memberi uang kepada anaknya untuk membeli rokok. Kebohongan-kebohongan pun akan mulai mereka lakukan untuk mendapatkan rokok. Salah contohnya adalah mereka akan meminta unag saku lebih dengan alasan adanya keperluan sekolah yang perlu dibeli, padahal sebenarnya uang tersebut digunakan untuk membeli rokok.

3.         Solusi / Penyelesaian
a)     Penyuluhan di Sekolah Tentang Bahaya Rokok
Perlunya diadakan penyuluhan tentang bahaya rokok di sekolah-sekolah. Sehingga para siswa mengetahui dampak serta bahaya jika merea merokok, yang dapat berpengaruh buruk bagi diri sendiri dan lingkungan sekitar.

b)     Meningkatkan Motivasi Dalam Diri Siswa Agar Tidak Merokok
Dalam hal ini peran pengajar (guru) dan orang tua sangat berpengaruh dalam meningkatkan motivasi siswa agar tidak merokok. Karena jika tidak ada motivasi (niat) dalam diri siswa tersebut, maka mereka akan sulit menghilangkan kebiasaan merokok mereka.

c)     Pemanggilan Orang Tua
Perlu adanya komunikasi antara guru dan orang tua mengenai tingkah dan perilaku anak mereka di sekolah.hali ini di lakukan agar orang tua mengetahui pelanggaran yang dilakukan oleh anak mereka, sehingga orang tua dapat memberikan pengarahan yang baik untuk anak mereka.

d)     Memberi Perhatian Lebih Kepada Anak
Dalam hal ini di perlukan perhatian yang lebih dari guru dan orang tua, yaitu dengan melakukan pendekatan secara perlahan kepada siswa. Agar mereka tidak kembali melakukan pelanggaran tersebut.




4.         Hasil / Evaluasi
Hasil dari upaya-upaya tersebut tidak dapat dilihat dalam jangka pendek, karena seorang siswa membutuhkan waktu dalam proses perubahan tingkah laku mereka. Sehingga hasil dari upaya tersebut dapat dilihat dalam jangka panjang (beberapa minggu/bulan) setelah semua upaya dilakukan dengan maximal. Namun dalam proses tersebut tetap dibutuhkan perhatian dari orang tua dan guru untuk memantau perkembangan anak-anak mereka.

Sumber : hasil diskusi bersama (Fak. FKIP Matematika/Smstr 6)

Minat Siswa Terhadap Matematika

BAB I
PENDAHULUAN

1.1          Latar Belakang
Hakekat pembangunan nasional adalah membangun manusia seutuhnya dan membangun masyarakat Indonesia secara keseluruhan. Hal ini dapat diartikan bahwa pembangunan bukan berarti segi fisiknya saja, melainkan juga membangun mental dan spiritual.
Pembangunan sampai saat ini dalam rangka era tinggal landas, untuk itu memerlukan manusia yang berkwalitas. Sebagaimana digambarkan dalam GBHN 1988, manusia yang berkualitas adalah manusia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi luhur, berkepribadian, disiplin, mau bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan terampil, mempunyai rasa kebangsaan dan rasa kesetiaan sosial, percaya pada diri sendiri, bersikap inovatif, dan produktif serta kreatif.
Matematika secara umum ditegaskan sebagai penelitian pola dari struktur, perubahan, dan ruang, seorang mungkin mengatakan matematika adalah penelitian bilangan dan angka. Dalam pandangan formalis, matematika adalah pemeriksaan aksioma yang menegaskan struktur abstrak menggunakan logika simbolik dan notasi matematika, pandangan lain tergambar pada filosofi matematika. (http://id.wikipedia.org/wiki/matematika)
Secara umum, semakin kompleks suatu fenomena, semakin kompleks pula alat yang melalui berbagai perumusan diharapkan mampu untuk mendapatkan atau sekedar mendekati solusi seakurat-akuratnya. Jadi tingkat kesulitan suatu jenis atau cabang matematika bukan disebabkan oleh jenis atau cabang matematika itu sendiri, tetapi disebabkan oleh sulit dan kompleksnya fenomena yang solusinya diusahakan atau didekati oleh perumusan dengan menggunakan jenis atau cabang matematika tersebut. (http://id.wikipedia.org/wiki/matematika)
Matematika masih dipandang sebagai salah satu bidang studi yang sulit dan anggapan bahwa matematika tidak disenangi atau bahkan paling dibenci, masih saja melekat pada kebanyakan siswa yang mempelajarinya. (Ruseffendi : 1984). Para psikologi pendidikan menyebutkan bahwa prestasi belajar sangat erat hubungannya dengan peristiwa atau proses belajar. Hal ini berarti partisipasi siswa merupakan suatu dimensi yang penting bagi kehidupan lembaga dalam mempengaruhi hasil belajar secara kognitif, afektif maupun motorik, yang berarti bila proses belajar mengajar berjalan dengan baik yaitu jika siswa atau peserta didik mengikuti pelajaran dengan baik dan tekun. Untuk itu perlu diusahakan peningkatan kualitas proses belajar mengajar yang baik, meliputi komponen siswa, materi pelajaran, dan sebagainya.
Karena factor intelektual yang berupa kecerdasan dan intelegensi berperan dalam tinggi rendahnya prestasi belajar siswa terhadap suatu pelajaran (matematika) juga berperan dalam mempengaruhi prestasi belajar, maka penelitian ini memilih minat siswa terhadap pelajaran matematika dan apa sajakah factor yang mempengaruhi minat, serta bagaimana upaya untuk meningkatkan minat tersebut ?

1.2     Rumusan Masalah
            Sesuai dengan latar belakang yang telah dibahas diatas, maka muncullah permasalahan diantaranya sebagai berikut :
  1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi minat siswa terhadap pelajaran matematika ?
  2. Upaya-upaya apa sajakah yang dilakukan untuk meningkatkan minat siswa terhadap pelajaran matematika ?

1.3     Tujuan Penelitian
Tujuan dari penulisan makalah ini antara lain adalah:
  1. Ingin mengetahu faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi minat siswa terhadap pelajaran matematika.
  2. Ingin mengetahui upaya-upaya apa saja yang dapat diambil untuk mengatasi masalah ini.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1          Pengertian Minat
Menurut beberapa pakar ahli dalam bidang ini ada yang mendefinisikan dan mengartikan minat antara lain sebagai berikut :
Minat adalah sebagai kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat cirri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan sendiri. ( Sardiman A.M : 1988 )
Minat adalah susatu motifasi yang menyebabkan individu berhubungan secara aktif dengan sesuatu yang menariknya ( L. Pasaribu & Simanjuntak : 1983 )
Minat adalah kecenderungan jiwa yang tetap kejurusan sesuatu hal yang berharga bagi orang ( Zakiah Daradjat, dkk : 1995 )
Dapat disimpulkan bahwa minat adalah kecenderungan seseorang terhadap objek atau sesuatu kegiatan yang digemari yang disertai perasaan senang, adanya perhatian, dan keaktifan berbuat.

2.2          Asal-usul Minat Belajar Siswa
Minat tidak dibawa sejak lahir, minat merupakan hasil dari pengalaman belajar. Jenis pelajaran yang melahirkan minat itu akan menentukan seberapa lama minat bertahan dan kepuasan yang diperoleh dari minat. Minat tidak timbul secara tiba-tiba melainkan timbul akibat dari partisipasi, pengalaman, kebiasaan pada waktu belajar (Bernand). Sedangkan menurut Ngalim Purwanto, minat itu timbul dengan menyatakan diri dalam kecenderungan umum untuk menyelidiki dan menggunakan lingkungan dari pengalaman , anak bisa berkembang kearah berminat atau tidak berminat. Untuk itu ada dua hal yang menyangkut minat yang perlu diperhatikan :
a)     Minat pembawaan, minat yang muncul dengan tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor lain baik kebutuhan maupun lingkungan. Minat semacam ini biasanya muncul berdasarkan bakat yang ada.
b)     Minat muncul karena adanya pengaruh dari luar, maka minat seseorang bisa saja berubah karena adanya pengaruh dari luar, seperti lungkungan orang tua dan bisa saja gurunya.
           
2.2.1    Peran Keluarga
Lingkungan keluarga turut mempengaruhi kemajuan hasil kerja, bahkan mungkin dapat dikatakan menjadi faktor yang sangat penting, karena sebagian besar waktu belajar dilaksanakan di rumah. Keluarga yang kurang mendukung situasi belajar, seperti kericuhan keluarga, kurang perhatian orang tua, kurang perlengkapan belajar akan mempengaruhi berhasil tidaknya anak dalam belajar. (Arianto Sam : 2008)
Keluarga merupakan lembaga sosial yang paling kecil, yang terdiri atas ayah, ibu dan anak. Dari beberapa fungsi keluarga salah satunya adalah memberikan pendidikan yang terbaik yakni pendidikan yang mencakup pengembangan potensi-potensi yang dimiliki oleh anak-anak, yaitu : Potensi fisik, potensi nalar, dan potensi nurani / qalbu (Muhammad Tholchah Hasan 1990 : 39).
Kebanyakan anak yang berprestasi disekolah sampai lulus studi hingga bekerja disebabkan lingkungan keluarga yang baik yang dapat mendorong anak-anak mencapai keberhasilan, sedangkan anak-anak yang prestasi belajar di sekolah kurang baik bahkan dropout dari sekolah lebih besar dikarenakan lingkungan keluarga, maka sesungguhnya keluarga mempunyai tanggung jawab dan peranan yang sangat besar dalam melahirkan dan membentuk generasi yang baik dan berkualitas (Agus Ruslan : 2007)
Siswa yang mendapat pembinaan dan perhatian baik dari orang tuanya mendapat prestasi belajar lebih baik dibanding siswa yang kurang mendapat perhatian dari orang tua. Itu karena perhatian orang tua mempunyai pengaruh besar terhadap peningkatan prestasi belajar anak di sekolah. Selain itu,diperlukan kerja sama yang intens antara pihak sekolah dengan orang tua siswa dalam upaya meningkatkan prestasi belajar anak khususnya yang terjaring masuk ke jurusan tersebut. Orang tua yang bijaksana hendaklah berusaha untuk membangkitkan kemauan belajar anak dengan tujuan agar anak tetap mempunyai semangat yang tinggi dalam belajar, baik di sekolah maupun di rumah ( http://re-searchengines.com/0606mega.html)

2.2.2    Peran Guru
Menurut Dewey, 2001, tugas sekolah adalah memberi pengalaman belajar yang tepat bagi siswa. Selanjutnya ditegaskan bahwa tugas guru adalah membantu siswa menjalin pengalaman belajar yang satu dengan yang lain, termasuk yang baru dengan yang lama. Pengalaman belajar yang kan melekat pada struktur kognitif siswa dan menjadi pengetahuan baru bagi siswa.
Marpaung (1998) mengatakan bahwa :
Guru yang memandang metematika sebagai produk yang sudah jadi akan mengarahkan proses pembelajaran siswa untuk menerima pengetahuan yang sudah jadi. Guru akan cenderung mengisi pikiran siswa dengan sesuatu yang sudah jadi. Sementara guru yang memandang bahwa matematika merupakan suatu hal proses akan lebih menekankan aspek proses dari pada aspek produk dalam pembelajaran matematika.
Diperlukan Guru yang dapat menerjemahkan kompetensi ke dalam proses belajar mengajar di kelas … hanya saja, untuk melakukan hal itu diperlukan peran guru yang professional ( Muchlis : 2006 ). Permasalahan yang ditemukan dalam pembelajaran matematika  adalah kebanyakan guru tidak mengawali pembelajaran dengan mengambil benda di sekitar sebagai media pembelajaran. Akibatnya proses pembelajaran di kelas kurang bermakna. (Agus Budi Hartono.2007.http://p4tkmatematika.com)
Salah satu faktor penyebab rendahnya pengertian siswa terhadap konsep-konsep matematika adalah pola pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru. Pembelajaran matematika di Indonesia dewasa ini, “dunia nyata” hanya digunakan untuk mengaplikasikan konsep dan kurang mematematisasi “dunia nyata”. Bila dalam pembelajaran di kelas, pengalaman anak sehari-hari dijadikan inspirasi penemuan dan pengkonstruksian konsep (pematematisasian pengalaman sehari-hari) dan mengaplikasikan kembali ke “dunia nyata” maka anak akan mengerti konsep dan dapat melihat manfaat matematika. (I Gusti Putu Suharta, 2001).

2.3          Hubungan Antara Minat dan Bakat dengan Prestasi Siswa
Minat seperti yang dipahami dan dipakai oleh orang selama ini dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang studi tertentu. Seorang siswa yang berminat pada matematika akan memusatkan perhatiannya lebih banyak dari pada siswa lain. Karena pemusatan perhatian intensif terhadap materi, siswa akan belajar lebih giat dan mencapai prestasi yang diinginkan. Pada diri siswa terdapat minat khusus yang berbeda satu sama lain.  
( Intan Irawati : 2008 )
Dalam pembelajaran konvensional, dimana bakat (aptitude) siswa tersebar secara normal, dan kepada mereka diberikan pembelajaran yang sama dalam jumlah pembelajaran dan waktu yang tersedia untuk belajar, maka hasil belajar yang dicapai akan tersebar secara normal pula. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa hubungan antara bakat dan tingkat penguasaan adalah tinggi. Sebaliknya apabila siswa-siswa sehubungan dengan bakatnya tersebar secara normal dan diberi kesempatan belajar yang sama untuk setiap siswa, tetapi diberikan perlakuan yang berbeda dalam kualiatas pembelajarannya, maka besar kemungkinan bahwa siswa yang dapat mencapai penguasaan akan bertambah banyak. Dalam hal ini hubungan antara bakat dengan keberhasilan akan menjadi semakin kecil. Sedangkan pembelajaran konvensional dalam kaitan ini diartikan sebagai pembelajaran dalam konteks klasik yang sudah terbiasa dilakukan, sifatnya berpusat pada guru, sehingga pelaksanaannya kurang memperhatikan keseluruhan situasi belajar.  
(http://www.docstoc.com/docs/2853395/7Pembelajaran_Tuntas_270208).
Menurut Snow (1986) Setiap manusia dilahirkan unik dengan bakat dan kepribadian yang berbeda. Dalam pendidikan di sekolah, masing-masing siswa harus diperhatikan karena dapat menentukan baik buruknya prestasi belajar siswa. Perbedaan individual antara siswa di sekolah diantaranya meliputi perbedaan kemampuan kognitif, motivasi berprestasi, minat dan kreativitas.
Siswa yang mempelajari suatu ilmu  yang sesuai dengan karakteristik kepribadiannya ( minat terhadap suatu ilmu tertentu ) akan merasa senang ketika mempelajari ilmu tersebut ( Gupta, et.al : 2006 ). Pendapat dari Gupta ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Furnham, et.al (2006) yang mengatakan bahwa factor kepribadian mempengaruhi secara positif prestasi akademik.

2.4          Pengembangan Minat Belajar
Pada masyarakat umum, seringkali prestasi anak pada pelajaran matematika dijadikan patokan kecerdasan. Orang tua akan merasa cemas apabila anaknya kurang berprestasi dan tidak memperoleh nilai matematika yang memuaskan. Untuk mengatasinya, orangtua dapat berperan dalam mengembangkan minat anak pada matematika sejak dini, agar pada masa yang akan datang minat tersebut dapat berkembang sesuai dengan perkembangan anak. Anak sebelum memasuki lembaga pendidikan/sekolah membutuhkan waktu yang banyak untuk bermain-main dengan segala sesuatu yang ada di dalam dan di luar rumah sesuai dengan perkembangannya. Penerapan permainan dalam kehidupan sehari-hari seorang anak mengandung konsep-konsep matematika. Guru mempunyai peran yang tidak kalah besarnya dalam penembangan minat siswa terhadap matematika. Gaya, metode dan teknik guru dalam mengajar mempunyai pengaruh yang cukup signifikan dalam menarik minat siswa terhadap matematika.
Metode persepsi merupakan metode yang terbaik dalam memperkenalkan siswa pada konsep-konsep dasar matematika. Metode persepsi yaitu gagasan matematika diberikan dengan cara memberikan permainan yang disukai anak yang dipakai untuk belajar sambil bermain-main. Misal dengan bantuan alat seperti uang logam, kancing pakaian, permen, kue, potongan balok-balokan kayu, dan lain sebagainya. Contohnya mengumpulkan berbagai jenis uang logam yang berukuran besar, kemudian membandingkan mana yang lebih besar dan seterusnya mengurutkan dari yang kecil ke yang besar atau sebaliknya. Kegiatan dalam bentuk melaksanakan rencana, menyortir, memadankan (memasangkan), membandingkan, atau meletakkan sesuatu pada tempatnya adalah sangat penting bagi pengajaran awal.
Mengetahui kesenangan siswa akan sedikit membantu dalam menyelesaikan benang kusut berkaitan dengan rendahnya minat siswa terhadap matematika. Buku cerita seperti komik merupakan salah satu buku yang menarik bagi siswa. Para pemerhati pendidikan mestinya melirik media ini. Penciptaan buku komik dengan membawa konsep konsep yang ada dalam matematika selain menarik minat siswa juga lebih mendekatkan mereka pada matematika sesunggunya. (Joko Subando, S.Si, dalam http:/masbando.tripod.com/subandoweb/minat.htm).
Seorang guru yang mengadakan penelitian di sekolahnya sendiri yaitu Suhadi dari SMPN 4 Danau Panggang, Kal-Sel mengatakan bahwa pada pembelajaran bersetting kelompok konvensional-tradisional justru dapat merusak minat dan motivasi siswa. Siswa yang pandai cenderung mendominasi kelompok belajarnya karena tidak mempercayai teman sekelompoknya. Mereka dapat pula bersikap sebaliknya cuek dan malas sebagai akibat merasa dirugikan oleh pembelajaran yang bersetting kelompok karena mereka akan bekerja keras untuk kelompoknya, sedangkan siswa yang kurang pandai akan ikut memperoleh hasil dari kerja kerasnya. Namun jika dilihat dari siswa yang kurang pandai, mereka seringkali terpinggir, rendah diri dan pasif , karena sering kali pendapat-pendapatnya tidak diakomodir oleh siswa yang lebih pandai.
Untuk mengatasi hal ini, maka Suhadi mencoba menggunakan model pembelajaran kooperatif model TGT ( Teams Games Tournaments) dengan system penilaian mengacu pada kinerja kelompok dan individu dalam kontribusinya terhadap kinerja kelompok. Tujuannya sendiri yaitu untuk meningkatkan minat dan motivasi belajar. Penelitian dilakukan 2 siklus dimasa setiap siklus terdiri dari tahapan:
  1. Perencanaan;
  2. Tindakan;
  3. Obserfasi; dan
  4. Refleksi.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa skor rata-rata ulangan harian sebelum pada tindakkan siklus I adalah 6,95. Setelahkan siklus I skor rata-rata ulangan harian adalah 7,19 dan setelah tindakkan siklus II skor rata-rata ulangan harian 7,23. Sedangkan skor minat dan motivasi yang diukur dengan menggunakan angket model ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Statisfaction) juga menunjukkan keberhasilan model belajar ini. (http://Suhadi.wordpress.com)

2.5          Faktor-Faktor Yang Menujang Keberhasilan Belajar
Berhasil/tidaknya anak dalam menyelesaikan suatu program pendidikan dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor pertama adalah lingkungan masyarakat, keluarga, dan suasana sekolah yang menyenangkan atau membosankan anak didik (Maulana, 1995 Dalam Bukunya Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan).
Faktor kedua adalah metode mengajar. Dalam suatu PBM dituntut adanya strategi tertentu yang pada hakikatnya adalah merupakan rancangan prosedur dan langkah-langkah yang akan ditempuh guna mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, perancangan dan penggunaannya harus dilandasi dengan pengetahuan, pemahaman dan keterampilan yang memadai.
Suatu domain/ranah dan Taksonomi Bloom yang dikembangkan dalam tujuan pengajaran hanya akan berkembang dengan efisien dan efektif bila dibarengi dengan metode mengajar yang tepat. Hal ini disebabkan karena setiap metode mengajar memiliki karakteristik tersendiri.
Secara umum penggunaan suatu metode akan bergantung pada tujuan pengajaran yang ingin dicapai, faktor siswa dengan segala sifat individualitasnya, faktor guru dengan segala kompetensinya, faktor materi dengan segala sifatnya, faktor dana dan fasilitas yang tersedia, faktor waktu yang tersedia dalam PBM, faktor suasana yang menunjang/menghambat PBM, faktor partisipasi guru dan murid, kebaikan dan kelemahan suatu metode serta faktor filsafat yang menyangkut pandangan hidiip dan dasar bertindaknya seseorang (Karo Karo et al., 1975. Dalam Bukunya Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan).
Faktor ketiga adalah dedikasi guru. Dedikasi adalah tujuan kegiatan yang dilakukan seorang guru dalam rangka memajukan pembelajaran semata-mata berupa pengabdian, tidak bersifat komersial atau imbal jasa, untuk mencapai tujuan tertentu. (Rustandy, 1996. Dalam Bukunya Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan).
Dedikasi ini akan berdampak pada peningkatan mutu pendidikan dan mutu pembelajaran yang efektif dan efisien. Di samping itu, Ia berusaha mengarahkan anak didik untuk meraih pengetahuan, keterampilan, serta sikap.
Faktor keempat adalah kebijakan di bidang pendidikan. Depdiknas menetapkan strategi pengembangan komponen-komponen yang terkait secara terpadu dengan memprioritaskan enam komponen, di antaranya adalah: Pengembangan Kemampuan Profesional Guru yang meliputi metode, pembuatan alat bantu/media pengajaran, pendekatan penguasaan kurikulum dan materi pelajaran dan pendayagunaan laboratorium/alat praktek; pembuatan program semester dan persiapan mengajar - kini program semester dan silabus; kegiatan belajar mengajar; bimbingan dan penyuluhan (BP/BK); tugas guru sebagai wali kelas/guru kelas dan piket; tugas guru pendidikan jasmani dan kesehatan; pembinaan kesenian serta pengelolaan mulok (Depdikbud, 1994.Dalam Bukunya Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan).



BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

3.1          Hasil Penelitian
            Hasil penelitian yang telah dilakukan di SMA NEGERI I Balikpapan menunjukkan bahwa minat siswa terhadap pelajaran matematika dapat berpengaruh pada hasil prestasi siswa. Karena semakin tinggi minat siswa terhadap pelajaran matematika maka semakin besar kemungkinan siswa dapat menghasilkan prestasi belajar yang memuaskan. Namun hal ini tidak terlepas dari kemampuan siswa dalam memahami materi yang diberikan. Karena dengan rasa minat saja tidak cukup untuk mendapatkan hasil yang baik jika tidak disertai dengan kemampuan siswa. Berikut adalah hasil dari penelitian :

3.1.1    Hubungan Antara Rasa Suka Terhadap Pelajaran Matematika Dengan Hasil Prestasi.

          Diagram di stas menunjukkan bahwa dari 100 % ( 29 Siswa ) yang mengatakan menyukai pelajaran matematika, ada 27,59 % yang memperoleh nilai di bawah angka 70. hal ini. Hal ini menunjukkan bahwa rasa menyukai suatu pelajaran dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Karena dengan menyukai pelajaran, maka akan timbul rasa keingintahuan untuk mempelajari meteri lebih jauh. Namun hal ini juga harus didukung dengan kemampuan siswa dalam memahami materi yang telah diberikan .

3.1.2    Hubungan Antara Hasil Prestasi Siswa Dengan Minat Siswa Untuk Lebih Jauh Mendalami Pelajaran Matematika

            Diagaram di atas menunjukkan bahwa siswa yang memperoleh angka prestasi 70 ke atas memiliki rasa minat untuk lebih mendalami pelajaran matematika. Karena dengan hasil yang baik akan menimbulkan rasa kebanggaan tersendiri bagi siswa yang telah mencapainya. Hal ini dapat menyebabkan timbulnya rasa ingin lebih mendalami materi yang telah diberikan. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa selain rasa suka, hasil prestasi siswa juga dapat mempengaruhi rasa keinginan siswa untuk lebih mendalami pelajaran matematika.

3.2          Pembahasan
3.2.1    Faktor-Faktor Yang Dapat Mempengaruhi Minat Siswa Terhadap Pelajaran  Matematika.
Berikut ini adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi rasa minat siswa terhadap pelajaran matematika :
a.         Guru
            Faktor Guru dalam hal ini sangatlah penting, karena seorang guru harus dapat menciptakan suasana yang menyenangkan dalam menyajikan materi. Hal ini dimaksudkan agar dapat menimbulkan semangat pada siswa untuk mempelajari suatu materi yang diberikan. Namun sebaliknya , jika seorang guru tidak dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan , maka akan menimbulkan rasa kejenuhan pada diri siswa yang dapat berakibat pada menurunnya minat siswa terhadap pelajaran matematika.
            Selain dapat menciptakan suasana yang menyenangkan, seorang guru harus dapat menyampaikan materi pelajaran dengan baik sehingga mempermudah siswa dalam memahami pelajaran. Namun sebaliknya, jika seorang guru tidak dapat menyajikan pelajaran dengan baik maka akan mempersulit siswa untuk memehami pelajaran. Karena faktor kesulitan dapat membuat siswa enggan untuk mempelajari materi matematika. Sehingga dalam hal ini diperlukan seorang guru yang profesional agar dapat menyampaikan materi pelajaran dengan baik.
            Semua siswa yang mengisi angket mengatakan bahwa mereka menyukai guru yang mengajar. Namun dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 29 siswa responden yang mengatakan menyukai matematika karena faktor guru adalah sebanyak 10 orang, sedangkan 19 orang lainnya menyatakan faktor lain, yaitu seperti materi tidak banyak hafalan, merasa tertantang, dapat memecahkan soal, dan materi menarik.

b.         Keluarga
            Selain faktor guru, faktor keluarga juga dapat mempengaruhi minat siswa terhadap pelajaran matematika. Karena dorongan dari orang tua dapat membangkitkan siswa untuk lebih semangat dalam belajar. Namun apabila seorang siswa tidak mendapatkan dukungan dari orang tua mereka, maka akan menimbulkan rendahnya minat siswa terhadap suatu pelajaran.

c.         Materi Pelajaran
            Seorang siswa akan lebih menyukai suatu pelajaran apabila mereka dapat memahami materi dengan baik. Sebaliknya apabila mereka tidak dapat memahami materi maka dapat menimbulkan rasa bosan dan rasa kejenuhan dalam mempelajari materi. Faktor ini dapat dibagi dalam beberapa hal, yaitu sebagai berikut :

1.  Siswa Merasa Tertantang Dengan Materi Yang Dipelajarinya.
            Memiliki rasa tertantang dalam mempelajari materi matematika akan membuat siswa ingin lebih mengetahui lebih jauh materi yang telah dipelajarinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 29 responden yang menyatakan merasa tertantang mempelajari matematika yaitu 2 orang.

2.   Siswa Dapat Memecahkan Soal Matematika
            Keberhasilan siswa dalam memecahkan soal matematika dapat memacu siswa untuk  ingin lebih mengetahui pelajaran matematika tersebut. Namun apabila siswa tidak berhasil memecahkan suatu soal, maka akan timbul rasa jenuh dan bosan bahkan menyerah untuk menyelesaikan soal, sehingga mereka menggunakan cara lain yaitu dengan mengharapkan teman yang lebih mengetahui.           Hasil dari penelitian menunjukkan dari 29 responden yang menyukai matematika karena dapat memecahkan soal yaitu sebanyak 6 orang siswa.

3.    Materi Tidak Banyak Hafalan
            Alasan karena tidak banyaknya hafalan dalam pelajaran metematika adalah salah satu faktor yang mempengaruhi siswa lebih menyukai pelajaran matematika dibandingkan dengan pelajaran lain. Bahkan sebagian besar mengatakan bahwa pelajaran matematika dapat memacu pikiran serta logika mereka. Selain itu, mereka juga beranggapan bahwa matematika adalah pelajaran yang sangat menarik. Hasil dari penelitian menunjukan dari 29 siswa yang mengatakan pelajaran matematika tidak banyak menghafal yaitu sebanyak 5 orang.

4.    Materi Menarik
            Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa siswa dapat menyukai pelajaran matematika karena mereka menganggap pelajaran tersebut menarik dan dapat memacu pikiran. Dan mereka juga beranggapan bahwa pelajaran matematika berguna untuk masa depan mereka. Dari 29 siswa yang mengatakan hal demikian adalah 6 orang siswa. Hal ini membuktikan bahwa rasa tertarik terhadap suatu pelajaran dapat berpengaruh pada minat siswa.

d.         Sarana Belajar
            Sarana belajar juga dapat berpengaruh dalam meningkatkan minat siswa terhadap pelajaran matematika. Karena dengan tersedianya sarana belajar yang memadai dapat mendukung para guru dalam menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Hal ini dapat dimulai dengan mengambil suatu alat peraga sebagai media penyampaian materi pelajaran. Biasanya penyajian materi seperti ini akan meningkatkan semangat siswa dalam mempelajari suatu pelajaran.             Permasalahan yang ditemukan dalam pembelajaran matematika  adalah kebanyakan guru tidak mengawali pembelajaran dengan mengambil benda di sekitar sebagai media pembelajaran. Akibatnya proses pembelajaran di kelas kurang bermakna. (Agus Budi Hartono.2007.http://p4tkmatematika.com)

e.         Kemampuan Siswa
            Kemampuan seorang siswa juga dapat berpengaruh dalam pengembangan minat siswa terhadap pelajaran matematika. Hal ini disebabkan karena apabila siswa tidak memiliki kemampuan yang baik dalam menerima materi yang telah diberikan, maka akan berakibat munculnya rasa kurang tertarik siswa untuk mempelajari materi. Rasa kurang tertarik ini disebabkan karena siswa merasa kesulitan dalam menerima materi.

3.2.2       Upaya-Upaya Yang Dapat Dilakukan Untuk Meningkatkan Minat Siswa.
            Adapun upaya-upaya yang dapat dilakukan agar dapat meningkatkan minat siswa terhadap pelajaran matematika adalah sebagai berikut :
a.         Guru Yang Profesional
            Setiap sekolah sangat memerlukan adanya guru yang profesional. Maksud dari guru profesional dalam hal ini adalah guru yang benar-benar menguasai materi pelajaran sehingga dapat menyampaikan materi dengan baik kepada siswa. Guru yang profesional juga harus bisa membawa semua siswanya kedalam suasana belajar yang menyenangkan agar siswa merasa senang dalam menerima materi yang diberikan. Karena gaya, metode dan teknik guru dalam mengajar mempunyai pengaruh yang cukup signifikan dalam menarik minat siswa terhadap matematika.


b.               Pemberian Latihan Soal
            Pemberian latihan soal dapat meningkatkan minat siswa terhadap pelajaran matematika. Hal ini dikarenakan apabila siswa dapat memecahkan soal matematika, maka besar kemungkinan dapat memacu rasa keingintahuan siswa untuk mempelajari materi lebih jauh. Sehingga semakin banyak soal yang dapat merea pecahkan, maka akan semakin berpengaruh pada meningkatnya minat siswa terhadap pelajaran matematika.

c.         Penyajian Materi Yang Baik dan Menyenangkan
            Penyajian materi sangat berpengaruh pada minat siswa, karena dengan penyajian materi yang menyenangkan dapat membawa siswa nyaman dengan suasana belajar. Dalam hal ini diperluakan seorang guru yang dapat membawa siswa kedalam susana belajar yang menyenangkan.

d.         Penyediaan Sarana Belajar
            Ketersediaannya sarana belajar yang memadai dapat mendukung para guru dalam menyampaikan materi matematika kepada siswanya. Cara pembelajaran matematika dengan menggunakan alat peraga dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga dapat  meningkatkan rasa suka terhadap pelajaran matematika pada siswa. Karena dengan mengetahui kesenangan siswa akan membantu para pengajar dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan rendahnya minat siswa terhadap pelajaran matematika.

BAB IV
PENUTUP

4.1     Kesimpulan
            Hasil dari penelitian yang telah dilakukan di SMA NEGERI I Balikpapan menyatakan bahwa minat atau rasa suka siswa terhadap pelajaran matematika dapat berpengaruh pada hasil belajar siswa. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi minat siswa terhadap pelajaran matematika yaitu sebagai berikut:
a)     Guru
b)     Keluarga
c)     Materi pelajaran
d)     Sarana belajar
e)     Kemampuan siswa
Adapun Upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam rangka meningkatkan minat siswa terhadap pelajaran matematika, yaitu sebagai berikut:
a)     Guru Yang Profesional
b)     Pemberian Latihan Soal
c)     Penyajian Materi Yang Baik dan Menyenangkan
d)     Penyediaan Sarana Belajar




4.2     Saran
1.      Diperlukan seorang guru yang dapat menciptakan suasana yang menyenangkan dalam menyampaian materi.
2.      Diperlukan seorang guru yang dapat menyampaikan materi dengan baik. Dalam hal ini sangat dibutuhkan peran guru yang profesional.
3.      Penyediaan sarana belajar yang memadai dalam rangka mendukung pengajar dalam menciptakan suasana belajar yang menyenangkan
4.      Selain guru, keluarga juga harus berperan dalam hal memberi semangat siswa agar dapat memotivasi siswa untuk terus belajar dan berusaha.

DAFTAR PUSTAKA


·       Suhadi.2008. ”Meningkatkan Minat & Motivasi Belajar Siswa Kelas II SMPN 4 Danau Panggang Melalui Model Pembelajaran Kooperatif TGT”, (Online),(http//suhadinet.wordpress.com, diakses 23 Desember 2008)
  • Ruslan, Agus.2007.” Agen Sosialisasi Budaya, Pendidikan Network”,(Online),(http://re-searchengines.com/agusruslan 30-5.html, diakses 23 Desember)
  • Muhammad.2008.”Minat Belajar Siswa”, (online)m(http://zanikhan Multiply.com/journal/item/1206/Minat_Belajar_Siswa, diakses 23 Desember 2008)
  • Sirnawati, Mega,S.Pd.2006,”Hubungan Minat Siswa Kelas X SMA N 2 Palangkaraya Prop Kalteng Terhadap Jurusan Bahasa dengan Prestasi Belajar pada Pelajaran Bahasa Indonesia Tahun 2005/2006,”(Online),(http://researchingines.com/0606mega.html, diakses 23 Desember 2008)
  • Sardiman.A.M. 1988. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.Jakarta:CV.Rajawali.
  • L. Pasaribu & Simanjuntak.1983.Proses Belajar Mengajar. Bandung : Tarsito
  • Dardjat, Zakiah, dkk.1995. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta:Bumi Aksara.
  • Hj. Sriyanto. 2008. ”Momok Itu Brnama Matematika”,(Online),(http://rumah-matematika.blogspot.com, diakses 23 Desember 2008)
  • Sam, Arianto. 2008.”Pengertian Belajar”,(Online),(http://sobat baru.blogspot.com/2008/05/Pengertian-Belajar.html, diakses 23 Desember)
  • Arianti, Georgia.2008,”Pendekatan Realistik dalam Pembelajaran Matematika,”(Online),(http://arianti.freehostia.com/wordpress,diakses 23 Desember 2008)
  • Pemahaman Matematika Rendah, Dituntut Profesionalisme Guru, tersedia pada (http://www/kompas.com, diakses 23 Desember 2008)
  • Belajar Tuntas, tersedia pada (http://www.scribd.com, diakses 23 Desember 2008)
  • Pengaruh Perhatian Orang Tua dan Minat Belajar dengan Prestasi Belajar Siswa, tersedia pada (http://one.indoskrip.com, diakses 23 Desember 2008)



KTI Bahasa Indonesia